Langsung ke konten utama

Krisis Kemanusiaan Berawal Dari Alam



KRISIS KEMANUSIAAN BERAWAL DARI ALAM

Membicarakan tentang manusia tidak akan pernah lepas dari tanah dimana ia berpijak, udara untuk bernafas dan air untuk kehidupannya. Seiring dengan berahirnya abad ke-20, masalah lingkungan semakin sering diperbicangkan dan didiskusikan. Hal ini karena manusia dihadapakan dengan berbagai masalah tentang lingkungan tempat ia hidup. Bencana telah terjadi disemua lini, darat, laut, udara. Musim semakin tidak menentu, banjir dan kekeringan silih berganti, membuat manusia bertanya “ fenomena gerangan apakah yang sedang terjadi”.

Para ilmuan mengatakan bahwa manusia dalam tahapan sejarah bumi, benar-benar menjadi kekuatan utama global. Para ilmuan terkemuka juga prihatin karena manusia terlalu berhasil dalam mengancam keseimbangan ekosistem dan mengancam keberlangsungan hidup mereka sendiri sebagai sebuah Species. Setidaknya ada 7 bidang yang menyatakan krisis kemanusian mulai berkembang atau akan dimulai dari 1). Krisis Makanan, 2). Krisis Air, 3). Krisis Energi, 4). Perubahan Iklim, 5). Keaneka Ragaman Hayati, 6). Polusi dan 7). Jumlah Populasi Manusia.


Dari beberapa pandangan diatas kita semua dapat merenungkan tentang:

1.  MAKANAN
Diperkirakan 1 dari 6 penduduk dunia akan menderita kelaparan dan kekurangan gizi pada tubuhnya. Hal ini terjadi karena ketersediaan jumlah tanaman pangan semakin sedikit, laju pertumbuhan populasi manusia semakin tinggi, korversi lahan tanaman pangan menjadi perumahan dll. Kita telah melihat sendiri dalam kurun waktu 10 tahun, dimana hamparan sawah yang hijau berubah menjadi deretan gedung dan rumah-rumah.
Sejarah mencatat salah satu isi buku Malthus (1808), yang membahas tentang tekanan penduduk sehubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan pangan. Disana disebutkan bahwapertumbuhan penduduk menyerupai sebuah deret ukur sementara peningkatan produksi menyerupai deret hitung. Artinya pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produksi. Semakin lama petumbuhan tersebut akan menjadi masalah kalau tidak dilakukan upaya-upaya yang dapat mengatasinya. Walaupun teknologi sudah ditemui dan dianggap sementara dapat mengatasi masalah tekanan penduduk, tetapi teori Malthus harus tetap diwaspadai.
Dengan berkembangnya tehnologi, saat bebagai masalah diatas terjadi tentu manusia tidak tinggal diam, jangan heran jika berbagai upaya termasuk merekayasa tanaman akan dilakukan manusia demi memenuhi kebutuhan perutnya, contoh rekayasa genetik (trasgenetic) agar tanaman cepat tumbuh dan berproduksi lebih melimpah. hal ini menjadikan manusia lupa jika gizi tanaman yang tumbuh secara alami akan lebih baik dibandigkan dengan tanaman hasil rekayasa genetic. Banyak bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses transgenetik  artinya lebih banyak residu yang terkadung dalam tanaman tersebut dengan peluang yang sangat tinggi akan termakan oleh manusia.


2. AIR
Ketersediaan air di dunia ini begitu melimpah ruah, namun yang dapat dikonsumsi oleh manusia untuk keperluan air minum sangatlah sedikit. Dari total jumlah air yang ada, hanya lima persen saja yang tersedia sebagai air minum,sedangkan sisanya adalah air laut. Selain itu, kecenderungan yang terjadi sekarang iniadalah berkurangnya ketersediaan air bersih itu dari hari ke hari. Semakin meningkatnya populasi, semakin besar pula kebutuhan akan air minum. Sehinggaketersediaan air bersih pun semakin berkurang. Seperti yang disampaikan Jacques Diouf, Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), saat inipenggunaan air di dunia naik dua kali lipat lebih dibandingkan dengan seabad silam,namun ketersediaannya justru menurun. Akibatnya, terjadi kelangkaan air yang harusditanggung oleh lebih dari 40 persen penduduk bumi. Kondisi ini akan kian parahmenjelang tahun 2025 karena 1,8 miliar orang akan tinggal di kawasan yangmengalami kelangkaan air secara absolut. Kekurangan air telah berdampak negatif terhadap semua sektor, termasuk kesehatan. Tanpa akses air minum yang higienismengakibatkan 3.800 anak meninggal tiap hari oleh penyakit. Begitu peliknyamasalah ini sehingga para ahli berpendapat bahwa pada suatu saat nanti, akan terjadi “pertarungan” untuk memperbuatkan air bersih ini. Sama halnya dengan pertarungan untuk memperebutkan sumber energi minyak dan gas bumi.

3. ENERGI
Krisis energi di Indonesia sebagai akibat semakin menipisnya cadangan bahan bakar minyak khususnya dari bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui, produksi minyak pada tahun 2005 sampai dengan 2010 mancapai puncaknya, kemudian secara berangsur-angsur produksi berkurang pada tahun 2010. Kita seharusnya sadar apapun yang ada dalam bumi: minyak, batubara, gas dan juga sumber energy lainnya pasti akan habis jika manuasia mengesklpoitasinya secara serakah.
Persoalan krisis energi yang dihadapi manusia di muka bumi bukanlah persoalan yang dapat diangap remeh. Krisis energi merupakan hal terburuk yang dialami manusia dan akan terus memburuk bila masing-masing individu atau kelompok tidak mengambil peran untuk mencari solusinya. Begitupula dengan kerusakan lingkungan yang bisa lebih teratasi bila tiap individu menyadari tugasnya masing-masing daripada hanya menggantungkan diri pada pihak-pihak tertentu yang diharapkan mengambil peran. Setiap peran kecil sederhana akan berkontribusi besar bagi penyelamatan lingkungan.

 4. PERUBAHAN IKLIM
Banjir, kekeringan, badai intensitasnya semakin meningkat, perubahan iklim yang sulit diprediksi menjadi salah satu tantangan terbesar dunia ini. Penebangan pohon secara liar, pembakaran hutan, asap kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik yang kesemuanya memberikan sumbangan emisi yang tak dapat didaur ulang oleh pepohonan. Lapisan ozon semakin menipis, mengalami kerusakan sehingga iklim akan cepat berubah tanpa bias diprediksi dengan pasti.

5.  KEANEKARAGAMAN  HAYATI
Banyak ilmuan berfikir bahwa bumi sekarang memasuki tahap kepunahan keenam. Hal ini diakibatkan tingginya laju pertumbuhan populasi manusia yang meningkat derastis. Hamparan luas Hutan semakin mengecil, lahan persawahan menyempit, dan perlombaan membuka lahan baru. Efek pasti yang akan timbul dan tidak dapat diingkari dari kondisi tersebut adalah ketidak seimbangnya ekosistem, bahkan berakibat punahnya suatu ekosistem secara perlahan.


6.  POLUSI
Penelitian terbaru dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengungkap fakta mengejutkan tentang polusi udara di Amerika Serikat. Menurut laporan tim peneliti dari Laboratory for Aviation and the Environment milik MIT, polusi udara memicu 200.000 kematian dini setiap tahun. Penyebab kematian terbesar bersumber dari polusi kendaraan bermotor yang memicu 53.000 kematian dini per tahun. Dan penyebab kematian terbesar kedua adalah polusi dari pembangkit listrik yang menyebabkan 52.000 kematian prematur setiap tahun. Menurut laporan OECD, polusi udara akan menjadi penyebab utama kematian penduduk pada 2050, jika dunia terlambat beralih ke praktik ekonomi yang berkelanjutan. Karena polusi udara di kota-kota dunia terus meningkat dan mengancam kesehatan masyarakat. Mari kita jaga kesehatan masyarakat dan lingkungan dari polusi udara.

7. LEDAKAN PENDUDUK
Menurut Thomas Robert Malthus pertambahan jumlah penduduk adalah seperti deret ukur ( 1,2,4,8,16,...), sedangkan jumlah pertambahan produksi makanan adalah seperti deret hitung ( 1,2,3,4,5,...). Hal ini tentu saja akan sangat mengkhawatirkan di masa depan dimana kita akan kekurangan stok bahan makanan. Secara logika dapat dikatakan bahwa penghuni bumi ini terus bertambah sedangkan ruang pemukiman di bumi tetap tidak bertambah. Penigkatan pertumbuhan penduduk normalnya harus diimbangi dengan pertumbahan bahan pangan, sandang dan papan. Ketidak seimbangan antara bahan pangan, sandang dan papan dengan bertambahnya penduduk akan mengakibatkan lingkungan hidup semakin rusak dan tingkat produktivitasnya SDA semakin berkurang.
PBB melangsir, jumlah penduduk dunia sekarang ini kurang lebih 6 milyard jiwa, pada tahun 2050 jumlah penduduk dunia sebanyak 8.9 milyard jiwa. Bisa membayangkan kira-kira apa dampak dari jumlah penduduk yang sebanyak itu?


#SaveDemak
#DemakMbotenDisade
#MasyarakatDemakPeduliLingkungan

FB: Masyarakat Demak Peduli Lingkungan
IG: @mdpl.official
Blog: mdplofficial.blogspot.co.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Demak Tenggelam

DEMAK TENGGELAM ( Dari Laut Kembali ke Laut ) Secara historis bumi Demak dulunya merupakan selat muria yang menghubungkan Pulau Muria dengan Pulau Jawa. Tanah Demak mulai terbentuk secara sedikit demi sedikit melauli proses sedimentasi pada abad ke XVII M. Hal ini bisa dibuktikan dengan: 1) ketinggian tanah rata-rata di Kabupaten Demak adalah 3 Mpdl, 2) banyak ditemukan sumber air asin di wilayah Demak yang wilayahnya jauh dari garis pantai (di kecamatan Gajah dan Karanganyar), 3) penelitian dari Badan geologi nasional menyebutkan tanah Demak adalah tanah baru, yang terbentuk dari sedimentasi selama kurang lebih 500 tahun. Keadaan sekarang  justru sebaliknya, Demak bagian utara menjadi wilayah yang kritis akibat sering terkena Rob dan Abrasi, wilayah Demak yang paling parah terkena Rob dan Abrasi adalah di kecamatan Sayung dan Karangtengah. Data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah menyebutkan Demak merupakan kabupaten paling parah terke...

Dampak Industrialisasi di Demak

Revisi Perda No. 6 Tahun 2011 tentang RTRW, khusus pasal 64 pengubahan luas kawasan industri dari 1800 hektar menjadi 6696 hektar. Pasal 64 (1) Rencana kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat (3) huruf e dengan luas lebih 6696 Ha (enam ribu enam ratus Sembilan puluh enam) hektar meliputi: a. Kec. Bonang b. Kec. Demak c. Kec. Gajah d. Kec. Karang Tengah e. Kec. Karanganyar f. Kec. Karangawen g. Kec. Kebonagung h. Kec. Mijen i. Kec. Mranggen j. Kec. Saying, dan k. Kec. Wonosalam (2) Pengembangan kawasan industri berada di kecamatan Sayung (3) Pengembangan kegiatan industri di daerah meliputi: a. Industri besar b. Industri Menengah c. Industri Kecil (4) Jenis kegiatan industri yang dikembangkan di daerah, meliputi: a. Pangan b. Komestik, farmasi, dan alat kesehatan c. Tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka, d. Alat transportasi e. Elektronika dan telematika f. Pembangkit energy g. Barang modal, komponen, bahan penol...